Senin, 31 Oktober 2011

Fitnah Memperkuat Sri Mulyani


M. Rizal - detikNews
Share148

Jakarta - Banyak orang yang secara sadar mendukung Sri Mulyani Indrawati (SMI) sebagai calon presiden pada pemilu mendatang. Meskipun mereka belum mendapat kepastian dari SMI, namun mereka tetap semangat memberikan dukungan. Ada yang membuat situs, ada yang terlibat dalam pendirian Partai SRI, ada yang terus bergerak meyakinkan banyak orang.

Salah satu pendukung SMI adalah Wimar Witoelar, mantan Juru Bicara Presiden Gus Dur, yang kini masih terus aktif menulis dan berbisnis jasa PR. "Sebenarnya ada untungnya Sri Mulyani difitnah dalam beberapa kasus. Tapi setelah hal itu terbantahkan, justru orang akan lebih banyak mengenal dia."

Berikut wawancara detik+ dengan Wimar Witoelar.

Bagaimana kans SMI dalam pencalonan presiden pada Pemilu 2014 nanti?

Saya hanya penyemangat atau sukarelawan saja. Ini seperti nonton sepakbola, kalau kita ramai-ramai nonton Arsenal, kita tidak tahu siapa yang akan menang, tapi kita dukung. Untuk mengetahui kans itu harus ada aksi positif. Biarlah orang-orang parpol yang menghitung-hitung.

Kami menyemangati orang-orang yang tadinya tidak mau tahu politik. Mereka yang tidak mau ikut politik itu bukan pemilih pemula, melainkan orang-orang yang sebel sama politik. Sekarang banyak ikut ngomelin ke anggota DPR,�pada saat pemilu nggak ikut milih. Jadinya saat ini di DPR �lebih banyak tak legitimate karena masyarakat tidak tahu.

Nah, pada Pemilu �2014 kita ingin para pemilih menjadi cerdas. Memilih orang yang sesuai dengan keinginan sendiri. Orang kan gelisah dan sedih melihat keadaan sekarang itu.

Menurut perhitungan Anda?

Kalau perhitungan kan angka, kecil tuh SMI. Tapi lihat semangatnya, itu lho yang besar. Sekitar 60 persen pemilih golput. Kalau itu dihitung, jadi besar kan? Tidak usah diambil semuanya, ambil saja 10 persen golput dan 10 persen yang kenal Sri Mulyani.

Yang lainnya biar diambil Aburizal Bakrie, Surya Paloh, orang-orangnya SBY dan politisi lainnya, yang standar. Bukan saya mengatakan semua korup, tapi ‘lagu lama’. Yang lagu baru itu gerakan SMI, terutama pemilihnya itu orangnya ibu rumah tangga, pegawai, atau �orang yang tak pernah mau melihat politik.

Kita yakinkan, daripada ngomelin politisi yang ada, lebih baik sekarang membetuk suatu kekuatan, meskipun Sri Mulyani juga belum pasti mau, karena pemilu baru mulai pada 2013. Jadi saya kira dukungan gerakan ini semakin banyak, saya tahu betul sejak tahun lalu menyuarakan ini ke mall-mall, bukan menyuarakan Sri Mulyani. Tapi, kalau nggak mau sebel, tinggalkan rumah (dan ikut memilih). Kalau anda tetap mau anggota DPR seperti sekarang ya tinggal aja di rumah. Mari kita berbuat sesuatu, karena suara anda dihitung, itu yang saya perjuangkan.

Seberapa besar dukungan dari kalangan golput kepada SMI?

Ini luar biasa. Kalau keliling daerah, banyak yang malah mengatakan saya ini mau jadi cawapres, calon menteri. Malah kalau saya kasih tahu saya tidak mau dicalonkan dan tidak mau jabatan, mereka juga nggak percaya. Saya tidak ingin semua itu, karena selama hidup saya 60 tahun saya pernah alami semua.

Saya senang membuka orang yang tadinya diam, skeptis dan sinis menjadi lebih berdaya. Sama seperti awal detikcom berdiri dulu, bagaimana susahnya membangunkan orang di 1998, kita semua bilang Presiden Soeharto brengsek, kan semua turun ke jalan. Nah sekarang bagaimana mereka turun ke kotak-kotak suara itu. Itu yang lebih penting.

Bagimana dukungan partai politik kepada SMI?

Saya kira itu belum perlu. Saya kira mudah-mudahan itu tidak perlu. Karena ini sedang proses pendaftaran Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI). Kita akan lihat 22 Agustus 2011, akan terlihat ini jadi partai atau tidak. Saya dengar ini sudah 33 provinsi berkumpul, saya tidak tahu sekarang berapa.

Karena sekarang banyak serangan baru ke SMI. Ada yang bilang SMI maling, SMI koruptor, SMI�antek AS dan lain sebagainya. Kan buat apa orang ribut kalau tidak ada artinya, di twitter banyak sekali tudingan yang tak masuk akal, ada tudingan SMI itu nekolim, dibiayai CIA, ada diplomat asing memaksa tentara mendukung SMI. Ini kan cerita-cerita hantu, tapi cerita hantu kayak gini kan masih banyak yang dipercayai.

Bagaimana Ani Yudhoyono jika dibandingkan dengan SMI?

Kalau itu Ani, Sri Mulyani saya kenal orangnya, orang profesional yang baik. Tapi kalau Ani Yudhoyono saya tidak begitu kenal baik. Jadi sehebat apa Ani Yuhdoyono saya tidak bisa komentar. Tapi saya tidak setuju orang mengatakan, Sri Mulyani itu hebat dari yang lainnya, yang lainnya jangan maju.

Kita maju di pemilu bukan karena black campaign sekarang, karena pasti ada beberapa orang yang bagus. Hanya sekarang mereka tenggelam oleh orang-orang yang menguasai partai politik. Di PD misalnya ada Nazaruddin, belum lagi di Partai Golkar. Padahal di PD dan PG itu masih banyak orang yang baik, �di jalanan banyak orang baik.

Jaringan SMI bagaimana?

Ada jaringan tentu, tidak mungkin kalau tidak ada jaringan didukung 33 provinsi. Tapi saya tidak terlalu mengamati. Saya jalan terus, saya hanya memberikan penyegaran kepada masyarakat saja. Saya hanya membuka mata masyarakat yang ingin bicara bahwa Indonesia ini bisa segalanya terjadi. Dahulu saya komisaris utama detikcom, kok bisa jadi juru bicara presiden. Nah ini sama SMI bisa menjadi simbol, kalau mencari selain SMI kan susah mencari bukti apa yang sudah dia kerjakan.

Sebenarnya ada untungnya Sri Mulyani difitnah dalam beberapa kasus. Tapi setelah semua itu terbantahkan justru orang lebih mengenal dia. Polisi dan KPK kan susah membuktikannya. Kita tahu cerita Pansus Century dan lainnya, semuanya bohong. Semua demo hanya capai mengeluarkan duit saja. Tapi yang waras akan tetap bertahan sampai 2014.

Apakah Partai SRI akan sefenomenal PD seperti terjadi pada Pemilu 2004?

Saya kurang begitu tahu. Saya ikut ini sebagai gerakan orang biasa. Ibu atau bapak yang tadinya nggak peduli politik, saya ajak masuk ke politik. Bagaimana banyak orang masuk kotak suara dan jangan memilih orang yang korup lagi. Saya memang ditanya orang, apakah Anda menjamin SMI terpilih pemerintahan tidak akan korup? Saya katakan, semua pimpinan partai, aktivis dan DPR ada saja yang korupsi.

Tidak ada komentar: